METODE
PELAKSANAAN
PEKERJAAN
PENGECORAN
PROYEK
HOTEL
NO: --
I. PENDAHULUAN
1.1.
INFORMASI
Mutu Beton yang dipergunakan pada Proyek Hotel ini terdiri
dari :
Tabel. 1
LOKASI PENGECORAN
|
SLUMP
|
MUTU BETON
|
KETERANGAN
|
||||
K - 300 NFA
|
K - 350
|
K - 400
|
K - 400 NFA
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
STRUKTUR BAWAH
|
|
|
|
|
|
|
|
Pondasi Tapak dan Tie Beam
|
12 ±
2
|
|
√
|
|
|
|
|
Plat Lantai Basement 3
|
8 ±
2
|
|
|
|
√
|
Waterproofing
Integral
|
|
Dinding Penahan Tanah
|
8 ±
2
|
√
|
|
|
|
Waterproofing
Integral
|
|
Dinding GWT
|
8 ±
2
|
|
|
|
√
|
Waterproofing
Integral
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
STRUKTUR ATAS
|
|
|
|
|
|
|
|
Corewall dan Kolom
|
12 ±
2
|
|
|
√
|
|
|
|
Tangga
|
12 ±
2
|
|
√
|
|
|
|
|
Ramp
|
12 ±
2
|
|
|
√
|
|
|
|
Plat dan Balok
|
12 ±
2
|
|
|
√
|
|
|
|
Plat dan Balok Kolam Renang
|
8 ±
2
|
|
|
√
|
|
Waterproofing
Integral
|
|
Plat dan Balok Lantai 12
|
8 ±
2
|
|
|
√
|
|
|
|
Plat dan Balok Atap
|
8 ±
2
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.2. LINGKUP KERJA
Lingkup
pekerjaan yang berhubungan dengan pengecoran terdiri dari :
A.
Pekerjaan persiapan mutu beton :
a.
Pengajuan Mix Design dan Pelaksanaan Trial Mix
B.
Pekerjaan test
beton :
a.
Pemeriksaan
slump
b.
Pemeriksaan
mutu beton/pengambilan sampel
C.
Pekerjaan
pengecoran :
a.
Pengecoran Matt
Foundation
b.
Pengecoran
Pelat
c.
Pengecoran
Dinding Basement
d.
Pengecoran Shear
Wall
e.
Pengecoran Kolom
a.
Pengecoran Balok
A.
Pekerjaan
perawatan beton :
a.
Curing beton
1.2. DAFTAR ALAT DAN BAHAN
Pekerjaan pengecoran membutuhkan peralatan sebagai berikut :
A.
Alat pendukung pengecoran :
a.
Meteran
b.
Waterpass
c.
Sipatan
d.
Lot
e.
Bak Ukur
f.
Auto level
g.
Theodolite
h.
Pompa Dewatering
i.
Lampu Penerangan
B.
Alat saat pengecoran:
a.
Jidar Alumunium
b.
Pipa hitam ¾”
c.
Trowel Machine
d.
Travo las
e.
Concrete Pump
f.
Selang Tremi
g.
Bucket Cor
h.
Vibrator
i.
Dll
C.
Alat pelindung pengecoran :
a.
Payung pelindung surveyor
b.
Tenda
c.
Terpal
II.
PERENCANAAN DAN PERSIAPAN MUTU BETON
2.1. PERSIAPAN MIX DESIGN
Mengajukan Mix
Design sesuai dengan mutu beton yang sudah ditentukan dalam Spesifikasi
Pekerjaan Struktur, dengan memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :
a. Type dan jumlah
material
b. Kuat Tekan Beton
c. Slump
d. Kadar air
e. Rasio air/semen
f.
Kadar
Fly Ash
g. Berat isi beton segar
h. Analisis gradasi
agregat
2.2. PELAKSANAAN TRIAL MIX
Melaksanakan
trial mix di batching plan sesuai dengan mix
design yang telah dibuat oleh pihak konsultan perencana.
Dari
pelaksanaan trial mix dapat diketahui :
a.
Kesesuaian
komposisi material sewaktu trial mix dengan mix design.
b.
Kuat tekan beton hasil pengujian sample beton yang diambil sewaktu trial
mix.
Yang
harus diperhatikan dalam trial mix adalah sebagai berikut :
a. Proporsi campuran
diukur tersendiri dengan timbangan dan alat yang sesuai corong dan mekanisme
penimbangan harus disediakan.
b. Mekanisme penimbangan harus
diukur sampai setengah dari satu persen pada kondisi operasional dan
skala-skala harus dapat dibaca dengan mudah oleh operator.
c. Air harus ditambah ke
dalam campuran dari reservoir terpisah dan dikontrol kelembaban agregatnya.
III. PERENCANAAN DAN PERSIAPAN SEBELUM
PENGECORAN
3.1. PERSIAPAN PERALATAN
Persiapan peralatan sebelum pelaksanaan pengecoran sebagai
berikut :
a. Semua alat kerja
diperiksa kelayakan pakai baik secara rutin ataupun sebelum pengecoran.
b. Peralatan survei yang
sudah dikalibrasi harus disiapkan.
c.
Relaad pipa ½” (disesuaikan dengan tebal selimut beton)
dipasang pada jarak 2,5 m dengan support berjarak 1 m.
d. Untuk kondisi
pengecoran pada malam hari, penerangan harus sudah disiapkan dilokasi cor.
e. Vibrator baik engine
atau electric harus sudah dicek kesiapannya, jumlah vibrator sudah termasuk
cadangan (1 unit) bila terjadi kerusakan, dan sebaiknya juga disiapkan cadangan
bila listrik padam atau engine rusak sesuai kondisi lapangan.
f.
Untuk
mengantisipasi turunnya hujan tenda harus sudah dipasang sebelum pengecoran
dengan mengarahkan jatuhnya air hujan di luar area yang dicor agar tidak
merusak beton yang baru dituang.
g. Apabila dikehendaki
finishing lantai dengan trowel machine, maka jumlah trowel yang disiapkan harus
disesuaikan dengan luas area pengecoran dan setting time (waktu pengerasan)
beton.
h. Concrete pump ditempatkan
pada posisi sedekat mungkin dengan area pengecoran tetapi masih dapat dijangkau
mobil mixer, untuk mengurangi jumlah sambungan pipa.
i.
Pemasangan
pipa cor diusahakan dengan seminimal mungkin ada sambungan siku (90 derajat)
dan pipa cor ditempatkan pada posisi agar penuangan beton berurutan/ tidak acak
untuk menghindari cold joint.
3.2. PERSIAPAN LAHAN COR
Persiapan lahan cor sebelum pelaksanaan pengecoran
sebagai berikut :
a. Area yang akan di cor harus
sudah mendapat persetujuan dari pemberi tugas.
b. Memeriksa kesiapan
pekerjaan pembesian antara lain jumlah, dimensi dan posisinya.
c. Memeriksa kebersihan
lahan cor, tidak boleh ada serbuk kayu, (terutama pada pertemuan balok dan
kolom), potongan-potongan kaso, multiplex, kawat besi beton, puntung rokok dan
lain-lain.
d. Memeriksa
kesiapan pekerjaan bekisting antara lain dimensi, as dan apabila dikehendaki
menambah perkuatan pada titik-titik tertentu, dan apabila pada lahan pengecoran
masih terdapat lubang-lubang, tutup lubang-lubang tersebut dengan busa atau
lakban untuk menghindari
keropos karena keluarnya air semen.
e.
Stop cor harus dicek kesiapan dan elevasinya (untuk
pengecoran kolom dan dinding beton).
f.
Pada
construction joint harus sudah disiapkan antara lain pemberian bonding agent
pada permukaannya dan pemasangan waterstop apabila pada area tersebut
dikehendaki kedap air.
g. Periksa apakah pada
area yang dicor terdapat hubungan dengan pekerjaan M/E, bila ada sparing,
sleeve atau blokout haruslah dikoordinasikan terlebih dahulu untuk menghindari
pekerjaan ulang (pembobokan, dsb).
h. Pemasangan barikade
pada area yang akan dicor agar tidak terganggu oleh kegiatan pekerjaan lain.
i.
Untuk
keselamatan kerja, pada pengecoran di ketinggian dengan area yang terbuka, pada
bagian sisi luar dipasang pagar yang dapat terbuat dari besi ataupun kayu.
j.
Perlu
disiapkan area pembuangan kelebihan beton, sebaiknya kelebihan tersebut dapat
dimanfaatkan.
3.3. PEMESANAN BETON
Untuk pemesanan beton harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Sebelum pemesanan
beton, terlebih dahulu dihitung volume beton yang dibutuhkan sesuai gambar shop
drawing dengan kelebihan beton diperkirakan 3% dari total volume, pemesanan beton
idealnya sudah dilakukan 1 hari sebelum waktu pengecoran agar persediaan beton
terjamin.
b. Volume beton ditinjau
kembali pada saat pemesanan 2 mobil mixer terakhir, dengan mengukur kondisi
lapangan, agar dapat memastikan kebutuhan beton pada mobil mixer terakhir dan
ditambah 0,5 m3 untuk menghindari kekurangan beton, untuk pengecoran kolom yang
dapat lebih terukur penambahan kelebihan pemesanan diusahakan seminimal mungkin
(kurang dari 0,5 m3).
c. Pemesanan beton
disesuaikan dengan mutu beton pada area yang akan dicor.
3.4. PEMERIKSAAN BETON
Setiap beton (mobil mixer) yang datang harus diperiksa surat jalannya
sesuai dengan pemesanan (mutu beton, volume, slump, jam keberangkatan, pemakaian
bahan additive), diukur dan dicatat slumpnya dengan alat slump test. Bila tidak
sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada, maka beton tersebut harus
dipulangkan dan diganti dengan yang baru sesuai dengan spesifikasi yang telah
diajukan pada saat pemesanan.
Untuk memeriksa mutu beton, diambil sampel beton sesuai spesifikasi sebagai
berikut:
Jumlah Mixer
|
Jumlah Sample Silinder
|
1
2 – 5
6 – 9
setiap tambahan
10 mixer
|
1 x 4
benda uji
1 x 4
benda uji
2 x 4
benda uji
1 x 4
benda uji
|
IV. PELAKSANAAN PENGECORAN
4.1.
Untuk
menghindari terjadinya cold joint sewaktu pengecoran harus perhatikan hal-hal
waktu sebagai berikut:
a. Balok dan pelat
menggunakan concrete pump dengan waktu penuangan beton 1 mobil mixer 15-30
menit dan didalam concrete pump harus selalu tersedia beton, sehingga waktu
pendatangan mobil mixer dapat lebih cepat dan harus kontinyu, biasanya sekali
pengiriman 3 mobil mixer, pemesanan berikutnya pada penuangan 2 mixer terakhir.
b.
Kolom/dinding beton/core wall menggunakan tower crane
dengan waktu penuangan beton 1 mobil mixer 1-1,5 jam, sehingga pendatangan
mobil mixer hanya satu-satu, disesuaikan dengan
pelaksanaan pengecoran, namun harus kontinyu.
c.
Kepadatan lalu lintas sangat mempengaruhi supply beton
dan slump dan harus diperhatikan juga waktu tempuh dari batching plan ke proyek
sehingga dapat diprediksi berapa lama lagi beton akan setting.
4.2.
Dalam pelaksanakan pengecoran harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Ketebalan/level horisontal baik untuk pelat, balok,
kolom, dinding harus sesuai dengan gambar yang disetujui, untuk pengecoran
lantai dan balok atas agar diperhitungkan lendutan yang terjadi selama proses
pengecoran dan dikoordinasikan dengan pengerjaan bekisting, guna mendapatkan
level yang sesuai dan menghindari terjadinya kelebihan volume beton.
b.
Selama proses pengecoran dilarang menambahkan air ke
dalam beton baik pada mobil mixer, concrete pump, ataupun pada beton di area
pengecoran karena akan mengurangi kuat tekan beton.
c. Jumlah vibrator
haruslah memadai dengan jumlah volume beton yang dituang dan disediakan 1 unit
untuk cadangan.
d. Karena jumlah volume
pengecoran yang besar haruslah desesuaikan jumlah concrete pump dan supply
beton yang seimbang.
4.3.
PENGECORAN
PILE CAP, TIE BEAM DAN PELAT BASEMENT
Pengecoran yang dilaksanakan haruslah memperhatikan:
a.
Sebelum pengecoran, sebaiknya bekisting
pile cap dan tie beam yang biasanya dari batako atau precast disiram air sampai
jenuh (bila kondisinya kering) untuk mengurangi resapan air semen ke dalam
batako atau precast.
b. Penuangan
beton dilakukan
berurutan/ tidak acak/ berpindah-pindah untuk menghindari cold joint.
c. Untuk menjaga kerataan
lantai, walaupun sudah memakai relaad, setelah beton dijidar sebaiknya juga
dilakukan pemantauan kerataan dengan memeriksa titik-titik tertentu/titik-titik
pantau setiap 1 m x 1 m luas pengecoran dengan menggunakan water pass.
d. Pengecoran Pile Cap,
Tie Beam dan Pelat Basement 3 pada proyek Hotel harus sesuai dengan metode yang
telah disetujui.
4.4.
PENGECORAN
KOLOM DAN SHEAR WALL
Pengecoran yang dilaksanakan haruslah memperhatikan :
a. Panjang selang tremi
yang dipakai diatur sesuai tinggi kolom, jatuhnya beton dari ujung selang tremi
tidak boleh lebih dari 1,5 m, untuk menghindari segregasi.
b. Penggunaan vibrator
sangat menentukan kualitas beton kolom, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
dapat juga ditambah dengan pemukulan bekisting dengan palu karet.
c. Selama proses
pengecoran kelurusan dan lot bekisting harus diperhatikan/diperiksa.
4.5.
PENGECORAN
PELAT DAN BALOK
Pengecoran yang dilaksanakan haruslah memperhatikan:
a.
Pengecoran harus memperhatikan level
slab yang akan dibuat terutama pada daerah kamar mandi dan harus ditentukan
level slab untuk material finishing yang berbeda.
b. Untuk
penuangan dan kerataan permukaan beton sama dengan point 4.2
V. PERAWATAN DAN PENGUJIAN BETON
5.1. PERAWATAN BETON
Perawatan
(curing) beton dilakukan setelah pengecoran, dengan memperhatikan:
a.
Untuk balok dan lantai, karena area yang
dicor cukup luas, dan permukaan yang terbuka, setelah didapat area yang cukup
luas dan beton sudah mengeras (setting time terpenuhi) curing sudah harus
dilakukan dengan menyemprotkan dengan alat penyemprot air langsung kepermukaan
beton.
b.
Untuk Kolom atau Dinding, karena area
yang akan dicuring tertutup
bekisting, untuk curing awal dapat menyiram/menggenangi bagian atas kolom atau
dinding tersebut.
c.
Setelah bekisting kolom dan dinding
dibongkar maka curing dapat dilakukan dengan menguaskan curing compound (bahan
kimia) ke permukaan kolom atau dinding dengan kuas roll.
5.2. PENGUJIAN BETON
Pengujian
beton dapat dilakukan bila ada kemungkinan mutu beton dinyatakan rendah. maka
perlu diadakan test pengujian beton sebagai berikut :
Pengambilan
sample untuk kolom, corewall dan shearwall :
a.
Setelah 3 hari 1 (satu) silinder harus
diuji untuk mengetahui kuat tekan beton.
b.
Setelah 14 hari 1
(satu) silinder harus diuji kuat tekannya.
c.
Setelah 28 hari 1 (dua) silinder harus diuji kuat tekannya dan diambil rata-rata
kuat tekan sebagai hasilnya.
d.
Cadangan 2 (dua) silinder yang dapat digunakan untuk
pengetesan kuat tekan pada umur 7 dan 28 hari apabila pengetesan kuat tekan
beton pada umur 3 hari tidak memenuhi syarat.
Pengambilan
sample untuk Slab
a.
Setelah 7 hari 1 (satu) silinder harus
diuji untuk mengetahui kuat tekan beton.
b.
Setelah 14 hari 1
(satu) silinder harus diuji kuat tekannya dan diambil rata-rata
kuat tekan sebagai hasilnya.
c.
Setelah 28 hari 1
(satu) silinder harus diuji kuat tekannya.
d.
Cadangan 1 (satu)
silinder.
0 Comments:
Post a Comment